Tuesday, March 29, 2016

Forbidden love

She loved him and he loved her. But it's not that simple.
She turns out to be the psychopathic killer
and he happens to be the pathetic victim.
I broke my rules for you.
Not eating you alive is one of the example.
You could be my only exception, she whispered.
She falls in love with person she can't have.
Her father wants him to be served by dinner.

The more she denies that she falls for him,
the more she hates herself.
Because the truth is they can't never be together

All she can think is that they're a perfect couple.
Just not in a right time or right place or right situation
or right world.
The only thing that stands between her and him is reality.
Reality of a devil that falls in love with an angel.

Up to now, nothing that makes her happier and even sadder. Than him.
And now she becomes greedy. She doesn't want to share him with other person.
Not even her family. Not even her abusive father.
She's ready for the punishment.

Should I keep him in my closet?
Or should I just eat him and let him in my forever body and soul?

Oh dear God, it makes her happy and hurts like crazy,
just to think about the plan.
Oh God, it feels like christmas and halloween.

You are my secret.
You'll always be my beautiful little secret.
Hidden in my secret safe place.

*burp*


Cheers, 290316

-lune-

"You'll always be mine, in the back of my mind
I'll look for you first in my after life"


Friday, January 17, 2014

Bapak Tua di Lenteng Agung

Lenteng Agung. Saya ingat daerah ini ketika masih berkuliah di UI Depok. Hampir setiap hari saya melewati jalanan Lenteng Agung yang terkenal sangat macet, dan kemacetannya bisa mengular sampai ke Universitas Pancasila. Penyebabnya sederhana: orang-orang yang turun di stasiun Lenteng Agung menyebrang sembarangan di jalanan, padahal sudah disediakan jembatan penyebrangan di atasnya. 

Nah,  saya sudah lama sekali tidak melewati daerah Lenteng Agung ini sekitar 8 tahun, karena kantor saya yang di Sudirman dan domisili saya tinggal di Ciputat. Akan tetapi sejak mempunyai bayi, saya tinggal di rumah mertua di kawasan Cinere dan agar terhindar dari macetnya ibukota saya memilih menggunakan kereta. Selanjutnya saya bisa turun di stasiun

Bapak Tua berjas hujan
Lenteng Agung dan menyambung kendaraan umum ke Pondok Labu dan Cinere. Hal yang cukup menarik adalah ketika saya mencoba mencari kendaraan umum untuk ke Pondok Labu ternyata harus menyebrangi stasiun terlebih dahulu, karena saya baru, saya mencari-cari melalui apa saya harus menyebrang. Ada jembatan penyebrangan, tapi saya melihat beberapa orang mencoba menyebrang di jalanan dan saya berusaha ikutan. 
Keesokan harinya saya juga mencoba hal yang sama. tapi saya mencari-cari orang untuk menyebrang dan hanya ada 1 perempuan dan dia pun seperti mengurungkan niatnya, ada apa, pikir saya. Kemudian saya mendengar ada seorang bapak tua yang berteriak-teriak di tengah jalan dan seperti marah-marah. Awalnya saya tidak begitu jelas mendengar apa yang ia katakan, dan saya sempat berasumsi "mungkin orang gila". 
Akan tetapi dia terus menunjuk-nunjuk -dengan tongkatnya- ke arah orang-orang yang ingin menyebrang di jalanan. Barulah saya tahu kenapa ia marah-marah, "Hey kalian, nyebrang sana lewat jembatan penyebrangan! ada jembatan malah gak dipake! gak malu apa sama anak-anak cucu kalian nyebrang sembarangan!" sampai akhirnya saya memutuskan untuk menyebrang lewat jembatan saja, begitupun dengan penyebrang lainnya.

Hari esoknya hujan deras, saya penasaran apakah beliau masih ada, ternyata ia tetap di sana dan teriak-teriak dengan semangatnya dan tetap marah-marah pada penyebrang yang sembarangan, lengkap dengan jas hujannya. Padahal usianya sudah tidak muda, lebih tua dari ayah saya, berarti di atas 55 tahun atau umur 60 tahunan. 

Salut saya. Beliau yang sudah sangat tua, semangatnya masih berkobar untuk mendisiplinkan orang-orang, sedangkan kita masih sering melanggar aturan. Di zaman yang lebih banyak istilah kita hidup untuk diri kita, ternyata masih ada saja orang yang hidup untuk orang lain. 

I salute to you Sir!


Cheers,

-lune-

mama, aku rindu setengah hidup!

mom,

I rarely write a letter to you. I rarely visit you in the grave. but I pray for you almost in every and each of my prayer, I hope you get my pray. 

mom, there are things that sometimes I can't handle it by myself. most of the time, I'll go and tell God and that moment I feel more relieved. but also there are times, when the problems wont even go away, and makes my mood in the lowest moment. 

mom, I miss you. we miss you. since you're gone, no one from us talk about your death, or how we lose you that much, we just put it in our deepest heart and feeling, hoping the thought of losing you, will disappear sooner or later. but as the years gone by after you left us, we still can't handle the feeling of losing you.

mom, no one in this living world understand us, as you do. though you're not always there, but we know that we can count on you. you're our mom, of course we depend on you. 

I hope things will get better, and my mood will get better, and all the problems that come, just a God way to make my life get easier :D you always said, "there's always a test for every person who want to be a better one, and it's not easy. but though it's hard, I believe you able to manage that"


I love you mom, aku rindu setengah hidup. 

01.10.2013

Tuesday, August 13, 2013

Nanti


“Makan dulu mas”  | “Nanti”
“Mandi dulu mas”  | “Nanti”
“Kamu gak laper?”  | “Nanti”
“Kamu gak  kerja?” | “Nanti”

“Mas  ini sudah hari ketiga, kamu masih belum mau makan?” | “Nanti”
“Mandi dulu sana, bauk banget kamar ini” | “Nanti”

“Besok kita ke rumah Bapak yuk” | “Nanti-nanti ajalah”
“Mau nonton bioskop aja gak?”  | “Lihat nanti..”

“Nanti..Nanti..Kinanti.. dimana kamu? Saya lapar. Bawakan makanan!” |
“Kinantiii.. banyak kecoak ini di kamar, bersihkan semuanya, saya jijik!”
“Nantii… cepatlah kemarii.. saya sudah mau mati ini kelaparan!”


“Nanti ya mas, kalau saya sudah mood”



cheers,

-lune-

Friday, July 27, 2012

Ini Rindu


Nafasku beradu rindu.
Memberi beban dalam setiap perjalananku.

Kamu yang tidak terlihat,
Yang selalu hadir di setiap penat.
Adakah pesan dalam setiap simpul senyummu?

Kamu yang tidak tersentuh,
Yang selalu hadir di setiap peluh.
Adakah kamupun rindu hadirku?

Ini nafasku, ada rindu di dalamnya.
Ini rinduku, ada kamu di dalamnya.

Hanya satu yang ingin kutanya,
adakah kamu nyata adanya?

Cheers,
Lune

Mengejar Ingin



Angin berhembus mengiring langkahku.
Seakan menyetujui pelarian ini.
Daun-daun berputar menari dengan sang angin.
Indah..
Aku ingin berhenti dan mengamati,
tapi, aku harus terus berlari, dan menaklukkan setiap ingin.

Kabut mulai menampakkan dirinya,
Hawa dingin mulai merasuk di tubuhku.
Aku ingin bersembunyi dalam heningnya kabut.
Tapi aku terus berlari pada ujung yang tak kian menyambut.

Tenanglah sayang, kita akan sampai pada ujung itu.
Meski waktu seakan terus memburu,
Kita akan sampai pada ujung itu.

Cheers,
Lune

Monday, April 30, 2012

may - day.


Day 1

"Terus gimana?" | "Apanya yang gimana?" | "kita kan udah pacaran. Terus ngapain?" | "hah kata siapa kita pacaran?" | "hah terus boong?!" | "emang kapan nembaknya?" | "kemaren" | itu nembak? | "emang bukan?" | errrrr...

Day 2

"Hai pacar" | "sok akrab" | "kok sok akrab? Kan aku cuma nyapa pacarku" | "sok tau" | "kok sok tau?" | "enggak~ | "apanya yg nggak?" | "ga tau ahh~ (sambil menahan merah di mukanya | "ga tau apa?" | errrrr...

Day 3

"Makan bareng yuk" | "aku udah janjian mo makan sama ina" | "yawda aku ikut" | "ga mau ahhh.. " | "kenapa ga mau?" | "kan cw2 aja.. ga enak ah.." | "kenapa ga enak?" | errrghhhh...

Day 4

"Hari ini pulang bareng kan?" | "terserah.." | "kok terserah?" | "yawda iya deh.." | "gak ikhlas.." | "nggak kok, kalo mo bareng ya bareng aja" | "jawabnya gitu" | "iya deh..bareng.." | "seneng ya kalo pulang bareng aku?" | grrrrr...

Day 5

"Aku ubah status di FB yah" | "ngga ah" | "kenapa?" | "penting banget ya?" | "iyah penting" | "ga usah yah" | kemudian ia memasang muka sedih yang membuat siapapun menjadi iba. "Iya boleh deh.." | "asiiik.. Nanti malem langsung ganti" | "aku cuma bilang boleh tapi belum bilang kapan kan" | "yaaah terusnya kapan.." | "sebulan lagi" | "kenapa mesti sebulan lagi?" | "mau gak?" | "iya deh gapapa deh.."




PS:

Between every wake ups and every sleeps.
Between every dreams and every hopes.
There's always you.

And behind every good moods or bad moods. 
Or behind every roses are red and violets are blue. 
There's always "I love u" 

Cheers,

-lune-